FAJERRMAIDSOLUTIONS — Jakarta – Kecerdasan buatan (artificial inteligent/AI) makin akrab dengan keseharian. Nyaris semua aspek memanfaatkannya, tak terkecuali dalam bidang pengasuhan anak.
Berangkat dari pentingnya mengenali potensi anak sejak dini, Morinaga meluncurkan Door of Future Experience di sejumlah kota di Indonesia. Teknologi AI lalu dimanfaatkan untuk mengeksplorasi potensi profesi masa depan anak dengan cara menyenangkan. Mereka menggunakan pendekatan Multiple Intelligence Play Plan (MIPP) untuk menggambarkan potensi anak tumbuh yang tersedia.
Pendekatan itu sejalan dengan teori Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) yang digagas Howard Gardner, seorang psikolog dan profesor pendidikan dari Universitas Harvard. Teorinya menyebutkan ada 8+1 kecerdasan, mencakup linguistik, logika, musikal, kinestetik, visual spasial, interpersonal, intrapersonal, naturalis, dan eksistensial.
“Alasan kami memilih AI itu karena dunia digital berkembang pesat, dan AI menjadi salah satu teknologi terdepan yang banyak digunakan. Ini juga merupakan bentuk inovasi dari Morinaga, bukan hanya dari sisi nutrisi, tapi juga edukasi,” kata Brand Group Manager Morinaga Gregorius Daru saat ditemui di Jakarta, Minggu, 27 Juli 2025.
“Caranya sangat mudah. Orangtua cukup menjawab beberapa pertanyaan seputar tumbuh kembang dan perilaku anak. Hasilnya akan memproyeksikan potensi anak di masa depan, kira-kira di masa depan menjadi apa,” ia menerangkan.
Foto-foto Hasil Terawangan AI
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5296880/original/015854100_1753623082-morinaga_ai.jpg)
Anak yang dianalisis AI diminta berdiri di depan sebuah alat. Setelah analisis selesai, orangtua anak mendapatkan hasil visualisasi berupa potret anak dalam berbagai profesi seperti dokter, ilmuwan, pilot, arsitek, atlet, atau seniman. Foto-foto hasil AI ini kemudian ditampilkan di videotron besar di Jakarta.
Menariknya, program ini tidak hanya berlaku bagi warga Jakarta. Orangtua dari berbagai daerah di Indonesia tetap bisa ikut serta dengan cara mengunggah foto anak melalui tautan khusus yang disediakan.
“Sebelumnya, program ini telah menjangkau lebih dari 670 titik di Indonesia sebagai bagian dari rangkaian Hari Anak Nasional. Selanjutnya kami lanjutkan ke 43 kota lainnya dalam skala lebih kecil,” kata Daru.
Ia menambahkan, “Beberapa kota yang sudah kami datangi antara lain Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Palembang, Medan, serta sejumlah wilayah di Kalimantan dan Sulawesi.”
Selain foto, orangtua akan dibekali wawasan untuk mengenali jenis kecerdasan dominan anak, sehingga bisa menyesuaikan cara pengasuhan, pendidikan, dan stimulasi yang tepat.
“Setiap anak membutuhkan pendekatan yang disesuaikan karena Si Kecil itu istimewa dengan karakter, minat serta kebutuhannya masing-masing,” ujar Kenty Novita Pratiwi, Senior Brand Manager Morinaga.
Terobosan Negara untuk Bantu Ibu Bekerja
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5296882/original/091824300_1753623083-27.07.25_-_Foto_1-_Siaran_Pers_-_Kalbe_Nutritionals_-_Morinaga_-_Door_of_Future_Experience_di_CFD_Jakarta.jpg)
Di tengah tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks, banyak orangtua—khususnya ibu—dipaksa berada dalam dilema: produktif di tempat kerja, atau hadir penuh untuk buah hati mereka di rumah. Menyadari tantangan tersebut, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menghadirkan sebuah terobosan bernama Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA).
Diluncurkan secara perdana di pelataran Kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, pada Kamis, 15 Mei 2025, program itu hadir sebagai wujud nyata dari dukungan negara dalam menciptakan sistem pengasuhan anak usia dini yang terintegrasi dan berkualitas—tanpa mengorbankan produktivitas orangtua.
“Program ini bertujuan untuk mendukung orangtua bekerja sambil memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi dan perawatan yang baik. Selain itu, ada upaya untuk mengurangi risiko kekerasan terhadap anak dengan memastikan pengasuh memiliki sertifikasi dan pelatihan yang memadai,” ujar Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Wihaji.
Mengutip kanal Health Liputan6.com, sebagai langkah awal, TAMASYA difokuskan bagi anak-anak dari para pegawai ASN maupun non-ASN Kemendukbangga/BKKBN. Dengan kapasitas 18 anak usia 0–5 tahun dan dikelola oleh empat pengasuh terlatih, program ini mulai beroperasi sejak 9 Mei 2025.
Bukan Sekadar Tempat Penitipan Anak
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1427623/original/049652600_1481004931-Screen_Shot_2016-12-06_at_10.50.27_AM.jpg)
“Ini menjadi percontohan dari kementerian kita yang menyiapkan TAMASYA untuk anak-anak karyawan ASN maupun non-ASN Kemendukbangga,” imbuh Menteri Wihaji.
Tak sekadar tempat penitipan anak, TAMASYA dirancang sebagai ruang pengasuhan yang mengintegrasikan layanan gizi, kesehatan, stimulasi mental-emosional, hingga pemantauan tumbuh kembang anak secara periodik oleh fasilitas kesehatan setempat.
“Selain itu, kegiatan pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan oleh Puskesmas Kelurahan Kebonpala, termasuk pengukuran tinggi dan berat badan anak,” jelas Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Kemendukbangga/BKKBN, Nopian Andusti.
Tamasya dirancang dengan menerapkan sistem integrasi data maupun pendampingan pengasuhan berkelanjutan. “TAMASYA merupakan bentuk komitmen dan kepedulian nyata Kemendukbangga/BKKBN dalam mendukung penguatan layanan pengasuhan anak usia dini yang berkualitas,” kata Deputi Nopian.
Program ini juga menawarkan empat layanan unggulan:
- Peningkatan kompetensi pengasuh melalui pelatihan dan sertifikasi berkala,
- Pemantauan tumbuh kembang anak secara periodik dan berbasis data,
- Keterlibatan aktif orangtua dalam proses pengasuhan,
- Layanan rujukan ke fasilitas kesehatan dan psikologi jika diperlukan.