FAJERRMAIDSOLUTIONS — Cilacap – Motif parang angkik menjadi salah satu kekayaan batik khas Maos, Cilacap, yang mengandung makna filosofis. Sebagai varian dari motif parang, batik ini melambangkan semangat pantang menyerah dan keberanian, sekaligus menjadi warisan budaya yang terus dilestarikan.
Mengutip dari berbagai sumber, batik parang angkik merupakan pengembangan dari motif parang klasik yang berasal dari Solo dan Yogyakarta. Kata angkik merujuk pada gerakan dinamis, tercermin dari susunan motifnya yang lebih bervariasi dibandingkan parang biasa.
Motif parang angkik tetap mempertahankan ciri khas pola diagonal berbentuk huruf S yang saling berkaitan. Sebagai batik khas Maos, Cilacap, parang angkik biasanya dibuat dengan teknik tulis menggunakan pewarna sintetis.
Motif parang angkik memiliki daya tarik filosofis. Garis-garisnya yang bersambung melambangkan keteguhan hati dan hubungan abadi.
Nilai kepemimpinan dan keberanian tercermin dalam motif parang angkik. Karakter dasar motif ini mempertegas makna tersebut.
Dalam sejarahnya, motif parang sempat menjadi ragam hias terbatas yang hanya dikenakan kalangan kerajaan. Akan tetapi, seiring waktu, batik parang angkik berkembang menjadi lebih mudah diakses masyarakat luas.
Tak Terbatas Acara Formal
Penggunaan batik ini tidak terbatas pada acara formal. Masyarakat Cilacap kerap memakainya dalam berbagai kesempatan, mulai dari upacara adat hingga pertemuan penting.
Pelestarian batik parang angkik juga dilakukan melalui berbagai cara. Para perajin di Maos aktif memproduksi batik parang angkik.
Motif parang memiliki berbagai jenis, termasuk parang rusak, parang barong, parang klitik, dan parang slobog. Masing-masing jenis memiliki makna dan filosofi yang tercermin dalam bentuk dan polanya.
Selain itu, motif parang juga memiliki beberapa variasi, seperti parang kusumo, parang curigo, dan parang tuding, yang masing-masing memiliki makna berbeda. Setiap varian motif ini mengandung filosofi yang unik.